Friday, September 17, 2010

Pendidikan Anak Dalam Islam -

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam mahupun bukan Islam. Ini kerana keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana mereka mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, ialah tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanam dalam diri anak akan menjadi sangat mendalam, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Sebelum ini, para ulama umat Islam telah menyedari pentingnya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peranan kedua orang tua dalam pendidikan mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dari akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagai mana binatang tamak, nescaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh pengguru dan walinya. Maka hendaklah ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarnya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa. " Dari titik tolak ini, kita dapati segala bangsa menaruh perhatian terhadap pembentukan individu, perkembangan sumber daya manusia dan pembinaan warga secara khusus agar mereka menjadi orang yang berkarya untuk bangsa dan berkhidmat kepada tanah air. Sepatutnya umat Islam memperhatikan pendidikan anak dan pembinaan individu untuk mencapai predikat "umat terbaik", sebagaimana dinyatakan Allah SWT dalam firman-Nya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dariyang munkar, "(Surah Ali Imran : 110). Dan agar mereka membebaskan diri dari jurang dalam yang mengurung diri mereka, sehingga keadaan mereka dengan umat lainnya seperti yang beritakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam"Hampir saja umat-umat itu mengerumuni kalian bagaikan orang-orang yang sedang makan berkerumun disekitar nampan. ". Ada seorang yang bertanya: "Apakah karena kita berjumlah sedikit pada masa itu?" Jawab beliau: "Bahkan kalian pada masa itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih air bah. Allah niscaya mencabut dari hati musuh kalian rasa takut kepada kalian, dan menanamkan rasa kelemahan dalam dada kalian". Seorang bertanya: "Ya Rasulullah, apakah maksud kelemahan itu?" Jawab beliau: "iaitu cinta kepada dunia dan enggan mati". 

Perhatian kepada anak dimulai pada masa sebelum kelahirannya, dengan memilih isteri yang sollehah, Rasulullah SAW memberikan nasihat dan pelajaran kepada orang yang hendak berkeluarga dengan bersabda, " Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) nescaya engkau akan rugi" (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Begitu pula bagi wanita, hendaknya memilih suami yang sesuai dari orang-orang yang datang melamarnya. Hendaknya mendahulukan lelaki yang beragama dan berakhlak. Rasulullah SAW memberikan pengarahan kepada para wali dengan bersabda, "Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kahwinilah dia. Jika tidak kamu lakukan, nesacaya terjadi fitnah di muka bumi dan kerosakan yang besar. "

Termasuk memperhatikan anak sebelum lahir, mengikuti tuntunan Rasulullah dalam kehidupan rumah tangga kita, Rasulullah memerintahkan kepada kita, "Jika seseorang diantara kamu hendak menggauli isterinya, mulakan dengan membaca, "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau kurniakan kepada kami". Maka andaikata ditakdirkan keduanya mempunyai anak, nescaya tidak ada syaitan yang dapat mencelakakannya". Setiap muslim akan merasa kagum dengan kebesaran Islam. Islam adalah agama kasih sayang dan penuh dengan kebaikan. Sebagaimana Islam memberikan perhatian kepada anak sebelum kejadiannya, seperti dikemukakan tadi, Islam pun memberikan perhatian besar kepada anak ketika masih menjadi janin dalam kandungan ibunya. Islam mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak berpuasa pada bulan Ramadhan untuk kepentingan janin yang dikandungnya. Sabda Rasulullah SAW , "Sesungguhnya Allah membebaskan sepenuh solat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan) puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil" ( Hadits riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa’i. ) Kata Al Albani dalam Takhrij al Misykat, "Sang ibu hendaklah berdoa untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan anak yang soleh dan baik, bermanfaat bagi kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Kerana termasuk doa yang dikabulkan adalah doa orang tua untuk anaknya. 

Setelah kelahiran anak, hendaklah orang tuanya atau walinya menyampaikan khabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran. Termasuk hak seorang anak terhadap orang tua adalah memberi nama yang baik. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats’ami bahawa Rasulullah SAW bersabda: " Pakailah nama – nama nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta’ala iaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling manis iaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah"
( HR. Abu Daud An Nasa’i). Pemberian nama merupakan hak bapa. Tetapi boleh baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga diserahkan kepada kakek, nenek, atau selain mereka. Rasulullah merasa optimis dengan nama-nama yang baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bin Ahkami Maulud, bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasalam tatkala melihat Suhail bin Amr datang pada hari Perjanjian Hudaibiyah beliau bersabda: "Semoga mudah urusanmu". Dalam suatu perjalanan beliau mendapatkan dua buah gunung, lain beliau bertanya tentang namanya. Ketika diberitahu namanya Makhez dan Fadhih, beliaupun berbelok arah dan tidak melaluinya. ( Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul Wadud, hal. 41. ) Termasuk tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek dengan nama yang baik. Beliau pernah mengganti nama seseorang ’Ashiyah dengan Jamilah, Ashram dengan Zur’ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan :"Nabi mengganti nama ’Ashi, ’Aziz, Ghaflah, Syaithan, Al Hakam dan Ghurab. Beliau mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam, Al Mudhtaji’ dengan Al Munba’its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau, Kampung Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu Zanyah (Anak keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk). "

Akikah juga merupakan salah satu perkara yang penting dalam pendidikan anak dalam islam. Akikah merupakan kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya: Rasulullah bersabda: "Setiap anak membawa aqiqah, maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya" (HR. Al Bukhari). 

Dari Aisyah Radhiyallahu ’Anha, bahwaRasulullah bersabda: "Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan seekor kambing" (HR. Ahmad dan Turmudzi). Aqiqah merupakah sunnah yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para ulama. Adapun waktu penyembelihannya iaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun, jika tidak dapat dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja. Ketentuan kambing yang biasa untuk aqiqah sama dengan yang ditentukan untuk korban. Dari jenis domba berumur tidak kurang dari 6 bulan, sedang dari jenis kambing kacang berumur tidak kurang dari 1 tahun, dan harus bebas dari cacat. Mencukur rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya juga merupakan aspek penting. Hal ini mempunyai banyak faedah, antara lain: mencukur rambut bayi dapat memperkuat kepala, membuka pori-pori di samping memperkuatkan penglihatan, pendengaran dan penciuman. (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1. )Bersedekah perak seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya, katanya, "Fatimah Radhiyalllahu ’anha menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum; lalu ia mengeluarkan sedekah berupa perak seberat timbangannya (HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa’)

Khatan bagi anak lelaki. Perkara ini dituntut dalam islam. Khatan merupakan memotong kulup atau bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau bahagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’Anhu bahwa Rasulullah bersabda, "Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak" (HR. Al-bukhari, Muslim). Khitan wajib hukumnya bagi kaum lelaki, dan rnustahab (dianjurkan) bagi kaum wanita. Inilah beberapa etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh orang tua atau pada saat-saat pertama dari kelahiran anak. Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antaranya ialah membacakan ayat tertentu dari Al Qur’an untuk wanita yang akan melahirkan; atau menulisnya lalu dikalungkan pada wanita, atau menulisnya lalu dihapus dengan air dan diminumkan kepada wanita itu atau dibasuhkan pada perut dan faraj (kemaluan)nya agar dimudahkan dalam melahirkan. ltu semua adalah batil, tidak ada dasamya yang sahih dari Rasulullah, Akan tetapi bagi wanita yang sedang menahan rasa sakit karena melahirkan wajib berserah diri kepada Allah agar diringankan dari rasa sakit dan dibebaskan dari kesulitannya Dan ini tidak bertentangan dengan ruqyah yang disyariatkan. Menyambut gembira dan merasa senang dengan kelahiran anak laki-laki, bukan anak perempuan. Hal ini termasuk adat Jahiliyah yang dimusuhi Islam. Firman Allah yang berkenaan dengan mereka:"Apabila seseorang dari merea diberi kabar dengan (kelahiran) anak, perempuan, hitamlah (merah padamlah) matanya, dan dia sangat marah; ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan padanya. Apakah dia akan memeliharannya dengan menanggumg kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang telah mereka lakukan itu"(Surah An Nahl : 58-59). Mungkin ada sebagian orang bodoh yang bersikap berlebihan dalam hal ini dan memarahi isterinya karena tidak melahirkan kecuali anak perempuan. 

Mungkin pula menceraikan isterinya karena hal itu, padahal kalau dia menggunakan akalnya, semuanya berada di tangan Allah SWT. Dialah yang memberi dan menolak. Firman-Nya:Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki atau Dia menganugerahkan kepada siapa yang dia kehendaki-Nya, dan dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki, " (Surah Asy Syura :49-50). Semoga Allah memberikan petunjuk kepada seluruh kaum Muslimin. Menamai anak dengan nama yang tidak pantas. Misalnya, nama yang bermakna jelek, atau nama orang-orang yang menyimpang seperti penyanyi atau tokoh kafir. Padahal menamai anak dengan nama yang baik merupakan hak anak yang wajib atas walinya. Termasuk kesalahan yang berkaitan dengan pemberian nama, iaitu ditangguhkan sampai setelah seminggu. Tidak menyembelih aqiqah untuk anak padahal mampu melakukannya. Aqiqah merupakan tuntunan Nabi Shallallahu ’alaihi wasalam, dan mengikuti tuntunan beliau adalah sumber segala kebaikan. Tidak menetapi jumlah bilangan yang ditentukan untuk aqiqah. Ada yang mengundang untuk acara aqiqah semua kenalannya dengan menyembelih 20 ekor kambing, ini merupakan tindakan berlebihan yang tidak disyariatkan. Ada pula yang kurang dari jumlah bilangan yang ditentukan, dengan menyembelih hanya seekor kambing untuk anak iaki-laki, inipun menyalahi yang disyariatkan. Maka hendaklah kita menetapi sunnah Rasul Shallallahu ’alaihi wasalam tanpa menambah ataupun menguranginya. Menunda khatan setelah akil baligh. Tradisi ini dulu terjadi pada beberapa suku, seorang anak dikhatan sebelum kahwin dengan cara yang biadab di hadapan orang banyak. Itulah sebagian kesalahan, dan masih banyak lainnya. Semoga cukup bagi kita dengan menyebutkan etika dan tata cara yang dituntunkan ketika menerima kelahiran anak. Kerana apapun yang bertentangan dengan hal-hal tersebut, termasuk kesalahan yang tidak disyariatkan. (Disarikan dari kitab Adab Istiqbal al Maulud fil Islam, oleh ustadz Yusuf Abdullah al Arifi). 

Antara pengajaran – pengajaran yang wajib diberikan kepada anak setelah mereka meningkat dewasa antaranya ialah pengajaran yang jelas tentang halal haram dalam islam. Diajarkan kepada anak menutup aurat, berwudhu, hukum-hukum thaharah (bersuci) dan pelaksanaan solat. Juga dilarang dari hal-hal yang haram, berdusta, mencuri dan melihat kepada yang diharamkan Allah. Pokoknya, disuruh menetapi syariat Allah sebagaimana orang dewasa dan dicegah dari apa yang dilarang sebagaimana orang dewasa, sehingga anak akan tumbuh demikian dan menjadi terbiasa. Kerana bila semenjak kecil anak dibiasakan dengan sesuatu, maka kalau sudah dewasa akan menjadi kebiasaannya. Agar diupayakan pula pengajaran ilmu pengetahuan kepada anak, sebagaimana kata Sufyan Al Tsauri:
"Seorang bapa perlu menanamkan ilmu pada anaknya, karena dia penanggung jawabnya. " (Muhammad Hasan Musa, Nuzharul Fudhala’ Tahdzib Siar A’lamin Nubala :Juz 1. ). Selain itu, pengajaran membaca Al – Quran juga sangat penting kepada anak. Al Quran adalah jalan lurus yang tak mengandung suatu kebatilan apapun. Maka amat baik jika anak dibiasakan membaca Al Quran dengan benar, dan diupayakan semaksimanya agar menghafal Al Quran atau sebagian besar darinya dengan diberi dorongan melalui berbagai cara. 

Kerana itu, kedua orang tua nya hendaklah berusaha agar putera puterinya masuk pada salah satu sekolah tahfizh Al Quran; kalau tidak mampu, diusahakan masuk pada salah satu halaqah tahfizh. Diriwayatkan Abu Dawud dari Mu’adz bin Anas bahawa Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:, "Barang siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, nescaya Allah pada hari kiamat mengenakan kepada keda orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini". Para shalaf dahulu pun sangat memperhatikan pendidikan tahfizh Al Qur’an bagi anak-anak mereka. Syaikh Yasin bin Yusuf Al Marakisyi menceritakan kepada kita tentang imam An Nawawi Rahimahullah, katanya: "Aku melihat beliau ketika masih berumur 10 tahun di Nawa. Para anak kecil tidak mahu bermain dengannya dan iapun berlari dari mereka seraya menangis, kemudian ia membaca Al Quran. Maka tertanamlah dalam hatiku rasa cinta kepadanya. Ketika itu bapaknya menugasinya menjaga toko, tetapi ia tidak mahu bejualan dan menyibukkan diri dengan Al Quran. Maka aku datangi gurunya dan berpesan kepadanya bahwa anak ini diharapkan akan menjadi orang yang paling alim dan zuhud pada zamannya serta bermanfaat bagi umat manusia. Ia pun berkata kepadaku, Tukang ramalkah Anda? Jawabku: Tidak, tetapi Allah-lah yang membuatku berbicara tentang hal ini. Bapak guru itu kemudian menceritakan kepada orang tuanya, sehingga memperhatikan beliau dengan sungguh-sungguh sampai dapat khatam Al Qur’an ketika menginjak dewasa. "

Konklusinya, pendidikan anak yang berkesan hanya bergantung kepada komitmen dan konsep tawakal yang digunakan sepenuhnya oleh ibu bapa mereka. Anak yang berjaya itu tidak semestinya membanggakan ibu bapa mereka, mungkin ada kesilapan yang ibu bapanya lakukan sehingga anak hanya mencari kebahagiaan meterialistik semata – mata dan mengabaikan orang yang melahirkan dan mendidiknya. Ibu bapa seharusnya berserah kepada Allah SWT dengan berdoa. Doa mempunyai peranan yang penting sekali dalam pendidikan anak, bahkan dalam seluruh urusan kehidupan, dan hanya Allah SWT yang memberikan taufik dan hidayah. Seorang muslim mungkin telah berusaha sepenuh komitmennya dalam usaha mendidik anaknya agar menjadi orang soleh tetapi tidak berhasil. Sebaliknya, ada anak yang menjadi orang soleh sekalipun terdidik di tengah lingkungan yang menyimpang dan jelek; bahkan mungkin dibesarkan tanpa mendapat perhatian pendidikan dari kedua orang tuanya. Jadi, petunjuk itu semata-mata dari Allah. Dialah yang berfirman: " Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. "( Al-Qashash : 56). Maka kita semua tidak boleh melupakan aspek ini dan wajib memohon dan berdoa kepada Allah semoga berkenan menjadikan kita dan anak keturunan kita orang-orang yang soleh, hanya Dialah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. 

Ustaz Abd Aziz bin Harjin
Pensyarah Tamadun Islam
Universiti Teknologi MARA Perlis
02600 Arau 
PERLIS
MALAYSIA

013-4006206
04-9882701
abdazizharjin@perlis. uitm. edu. my
http://abdazizharjin. blogspot. com

No comments:

Post a Comment